Thursday, July 23, 2015

Berkumpul di Pantai Gumumai

SENANDUNG lagu dangdut terdengar dari balik deretan pohon cemara yang berdiri tegak menghadap Teluk Sesar pada sebelah barat Bula, ibu kota Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Deringan gitar berpadu suara serak, mengantar berbagai bocah bergoyang. Tontonan ini berada di Pantai Gumumai sebuah siang berhenti Maret selanjutnya.

Syahbudin Suakur, pria yang sekarang berumur 72 tahun ini memainkan gitar tuanya untuk menggembirakan cucu-cucunya. Mereka menggunakan liburan akhir pekan di pantai yang berjarak kurang lebih 3 kilometer dari Bula ini. Suasana pantai terasa asri, diterpa embusan angin sepoi-sepoi yang mengundang rasa kantuk.

Sehabis melantunkan lagu berirama dangdut, Syahbudin kembali memetik dawai gitarnya. Kali tersebut, iramanya makin pelan. Dia menyanyikan lagu berjudul ”Bula”. Syair lagu ini mengisahkan kekejaman tentara Jepang terhadap warga pribumi, saat Jepang menduduki Bula saat Perang Bumi Kedua. Tahun itu Syahbudin lahir, 1943.

Gumumai yaitu bahasa setempat, yang pada bahasa Indonesia berarti ”Mari Berkumpul”, ialah tempat istirahat menurut segala pekerja romusa dalam antaranya ayah Syahbudin yang bernama Suakur. Pada Pantai Gumumai mereka bersembunyi melepas kepenatan, selepas dipaksa bekerja memenuhi keperluan logistik perang tentara Jepang, terutama penyediaan pasokan bahan bakar.

Pada Bula terdapat puluhan tempat pengeboran minyak dunia. Berada ladang minyak tua yang telah dieksploitasi mulai awal era ke-20 menurut Belanda. Hingga kini, ladang ini selalu berproduksi. ”Pantai Gumumai sebagai tempat peneduh sejak zaman penjajah,” ucap Syahbudin.

Pantai Gumumai di sore hari menjelang malam terasa lain. Deburan ombak Laut Seram mengejar puluhan ekor bangau yang menggilai kepiting minor di pasir. Ketika air laut ingin menyentuh kaki-kaki panjang ini, burung-burung bangau serentak terbang. Saat air laut bergerak surut, bangau-bangau kembali mendarat.

Pelepas dahaga

Selain jadi oase bagi warga setempat, Pantai Gumumai juga seolah jadi pelepas dahaga menurut tamu yang update tiba dalam Bula, terutama yang memakai moda transportasi darat. Perjalanan darat memang cukup melelahkan bahkan menarik. Untuk mencapai Bula, tamu yang melewati Ambon menyeberang dan Feri ke Waipirit, Kabupaten Seram Bagian Barat.

Perjalanan kemudian dilanjutkan dari Waipirit menuju Bula, serta melintasi Gunung Sawai Saleman yang menurut warga setempat dinamakan Gunung SS. Kelokan jalan yang berjumlah makin dari 350, ditambah segala ruas yang rusak, mengocok perut pada akhirnya mendorong rasa mual yang berujung muntah.

Ketika melintasi ruas sempit bertepi jurang, penumpang sungguh harus tahan napas. Waktu tindakan seakan menegaskan keseraman Pulau Seram. Namun, derita perjalanan lintas pulau dengan lebar 18.625 kilometer persegi tersebut, seakan terbayarkan ketika menyatroni Pantai Gumumai. Gemulai daun-daun cemara seakan menjelaskan selamat dari buat pengunjung saat melalui tempat itu.

Meski tetap sepi dari pengunjung luar daerah, Pantai Gumumai tidak sepi mengadakan sajian menawan. Pantai yang memperoleh luas selingkungan 30 hektar juga ditumbuhi lebih dari 2.000 pohon cemara tersebut saat ini jadi bertamasya pantai favorit masyarakat setempat.

Rindangnya pohon cemara menjadi peneduh dalam kala terik, dihiasi hamparan pasir hitam yang membentang sepanjang hampir dua kilometer dalam saat surut, dan menyajikan kejar-kejaran diantara ombak juga bangau di ketika petang menjemput malam.

Mengunjungi tempat tersebut tidak butuh biaya besar. Wisatawan yang memanfaatkan sepada motor cukup membayar Rp tiga.000, sementara yang mendapatkan masuk kendaraan roda empat dikenakan tarif Rp tujuh.000. Pada sana tersaji 13 gazebo yang dapat dipakai berkumpul buat pengunjung rombongan.

Mengamati diperhatikan

Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, juga Olahraga, Kabupaten Seram Sesi Timur, Muhammad Ramly Mahu, mengakui, minimnya akses transportasi menuju Bula menyebabkan lokasi tersebut belum dikenal dominan pengunjung terutama yang datang dari luar Maluku. Sampai kini, belum ada pesawat komersil yang melayani penerbangan Ambon-Bula. Satu-satunya akses sebagai jalur darat.

Akibatnya, pengenalan pelancong luar soal lokasi berwisata itu juga selalu sangat kurang. Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, serta Olahraga Seram Bagian Timur, gencar melaksanakan promosi. Setiap tamu daerah yang dari sangat di ajak menuju pantai tersebut.

Sementara untuk fasilitas penunjang terus disuguhi pihak swasta. Pada Bula terdapat seorang hotel strata melati dengan 5 penginapan.

Bagi rencana, tutur Ramly, pemerintah akan bekerja sebanding dengan investor untuk mengembangkan Pantai Gumumai, agar lebih menyenangkan. ”Kami siapkan letaknya, sedangkan pengelola yang mempersiapkan aktivitas dan fasilitas,” ujarnya.

Pantai Gumumai letaknya pada kawasan Teluk Sesar, pada akhirnya perairan terasa teduh. Setiap tahun dilakukan lomba dayung, yang tapi publik setempat dimaksud arumbai manggurebe. Pertengahan tahun itu, pemerintah berencana akan mendatangkan banana boat untuk meramaikan bertamasya di Gumumai. Mari berkumpul di Pantai Gumumai.

No comments:

Post a Comment