Saturday, July 9, 2016

Wisata di Indonesia yang Digemari Turis India

Pilihan tamasya alam dan budaya dan berlibur belanja menjadi daya tarik menurut turis dari India untuk berwisata ke Indonesia. Turis datang India mencari obyek wisata seperti pantai, laut, festival, juga berbelanja dalam pangsa tradisional ataupun modern.

"Turis India jikalau ke Indonesia misalnya Bali, senang pantai-pantai dan begitu juga festival," ucap Public Relation & Marketing Pelatih Visit Indonesia Tourism Office India, Chandrani Chakrabortu menurut KompasTravel di Pulau Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Barat, Kamis (19/11/2015).

Ini Dia Yang Dicari - Cari


Chandrani menyatakan hampir seluruh pantai-pantai dalam Bali di cintai oleh turis India. Sedangkan, demi liburan budaya, ia menyebut penyelenggaraan festival cukup menarik pandangan pengunjung India.

"Misalnya festival-festival seni budaya dalam Bali serta begitu juga Tari Barong contohnya," ucapnya.

Demi berlibur belanja, untuk Candrani, turis India gemar mencari perhiasan dan juga barang-barang unik khas Indonesia. Turis India, lanjut Candrani, bakal menghabiskan uang untuk berbelanja barang-barang yang bukan ditemukan di India.

"Kehidupan malam dengan disukai, mereka mendengarkan musik, makan pada bar, kemudian kembali menuju hotel," jelasnya.

Kementerian Pariwisata menyelenggarakan aktivitas "Familirization Trip Alat India 2015" serta mengajak seluruh wartawan serta blogger menuju Bali, Lombok, Labuan Bajo, serta Pulau Komodo sehak 17-23 November 2015. Lewat acara tersebut, diinginkan turis India semakin tertarik demi dari ke Indonesia. 

Wednesday, July 29, 2015

Obyek Wisata Terfavorit di Gianyar

Obyek wisata Tirta Empul Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali, 35 km timur Denpasar, saat ini ada perbaikan di kolam tempat permandian, masih terfavorit, karena ramai dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri.

Wisatawan asing tampak berbaur dengan masyarakat mandi di alam terbuka, meskipun sedikit ada gangguan akibat perbaikan. Turis tampaknya tidak merasa terganggu mengikuti masyarakat yang diawali dengan doa sesuai kepercayaannya masing-masing.

Made Lanus, seorang pemandu wisata, Kamis (2/7/2015), mengatakan wisatawan yang diantarnya datang dari Italia itu memang sengaja meminta mandi bersama dengan tata cara mengikuti masyarakat Bali mandi di pancuran yang airnya muncul dari mata air yang dianggap suci.

"Obyek wisata Tirta Empul yang bersebelahan dengan Istana Tampaksiring memiliki daya tarik tersendiri, sehingga banyak turis asing meminta bisa diantarkan ke tempat persembahyangan bagi umat Hindu di daerah ini," tutur Made Lanus.

Adanya pengembangan lokasi wisata dikelola dengan apik itu memiliki sekitar seratus juru foto yang melayani masyarakat dalam mengabdikan permintaan masyarakat yang berkunjung ke sini, dan sebanyak 20 orang yang bertugas setiap hari.

Dinas Pariwisata Provinsi Bali mencatat Tirta Empul, termasuk sepuluh besar obyek wisata yang menerima kunjungan turis terbanyak, selain Tanah Lot di Kabupaten Tabanan, Uluwatu di Kabupaten Badung, Danau Beratan di Kabupaten Tabanan, kawasan wisata Penelokan Kintamani, Bangli dengan gunung dan Danau Baturnya.

"Pengunjung selama 2015 dari Januari-Mei ke obyek wisata ini sebanyak 163.406 orang atau rata-rata 32.000 per bulan, sementara selama 2014 tercatat 443.883 orang. Jumlah kunjungan sebanyak itu cukup bagus," ujar Made Lanus.

Obyek wisata Tirta Empul selalu jadi primadona kunjungan wisatawan, selain lokasinya berada pada jalur wisata ke Denpasar-Kintamani, juga memiliki daya tarik tinggi dengan pancuran air suci dan Istana Tampaksiring yang bersebelahan.

Khusus di Kabupaten Gianyar, Tirta Empul menerima pengunjung terbanyak. Obyek wisata Goa Gajah Bedulu menduduki urutan kedua dengan rata-rata 19.321 pengunjung per bulan, diikuti Gunung Kawi Tampaksiring 9.381 pengunjung per bulan. Kemudian Gunung Kawi Sebatu 1.781 pengunjung, Yeh Pulu Bedulu 450 pengunjung. Sementara Stage Sidan dengan keindahan alamnya paling sedikit jumlah kunjungan yakni rata rata 22 orang setiap bulan karena masih dalam tahap promosi.

Gianyar yang dikenal daerah seninya di Bali, juga memiliki obyek meraik lainnya seperti museum lukisan, taman burung, rafting dan taman burung, sapi Desa Taro binatang yang disucikan masyarakat adat setempat.

Tuesday, July 28, 2015

Kisah Mistis di Tanah Aborigin

Pegunungan Blue Mountains tersohor juga indahnya kabut biru yang dilepaskan menurut pepohonan hutan eukaliptus. Pegunungan pada regional barat Sydney tersebut menjadi salah satu kebanggan pariwisata Australia, pada samping beragam pesona yang tersimpan pada Negeri Kanguru ini.

Banyak pelancong berharap menaklukan jalur pendakian warisan dunia di sana, Six Foot Track serta Jenolan Caves. Namun, siapa yang mengira, terdapat kisah mistis di balik keindahannya.

Di tengah negeri empat Suku Aborigin pegunungan Blue Mountains, yaitu Darug, Gundungurra, Wiradjuri, dengan Dharwal, menjulang tiga pilar batu yang berdiri kokoh mulai ribuan tahun lamanya. Batu setinggi 900 meter tersebut dipercaya yaitu jelmaan kakak beradik Meehni, Wimlah, dengan Gunnedoo.

Sangat banyak isu beredar, salah satunya menjelaskan penyebab merekapun jadi batu yaitu cinta. Alkisah, ketiga gadis jatuh cinta pada tiga bersaudara dari suku lain. Sayangnya, cinta mereka terhalang pantangan tradisi.

Sesuatu saat, ketiga pria itu berusaha menculik gadis-gadis pujaan hatinya. Tanpa diduga, kebijakan merekapun malah mencetuskan pertandingan keras antar suku.

Untuk menjaga untuk ketiga gadis tidak menjadi korban pertandingan, si kepala suku pun mengubah merekapun menjadi batu. Masa depan bukan berpihak saat kepala suku terbunuh dalam medan perang sebelum sempat membalikkan mantranya.



Shutterstock Tempat tersebut menyimpan hutan hujan kuno yang yang berkelok selama 2,4 kilometer dan tetap terjaga sejak zaman dinosaurus.
Menikmati "Three Sisters"

Memang, meski lain dari wujud merekapun sebelumnya, ketiga gadis Aborigin itu tak kehilangan kecantikan merekapun. Pendaran sinar mentari menciptakan tebing Three Sisters memantulkan warna-warni hebat yang selalu berubah selama hari dengan selama musim.

Bahkan di malam hari, pengunjung masih diwajibkan siap terpukau bakal pesona mereka yang bermandikan cahaya bulan dengan dilatari langit malam.

Masuklah melewati Echo Point Visitor Information Centre. Tersebut merupakan jendela ke beragam petualangan alam menegangkan, mirip panjat tebing, turun tebing, serta penelusuran gua, yang dapat dinikmati sebelum mencapai Three Sisters.

Shutterstock Di perhatikan dari ketinggian, Three Sisters dengan tidak dipecundangi menakjubkan.
Tapi, seumpamanya bukan ingin berjalan kaki, pengunjung bisa menaiki Scenic Railway. Perjalanan bakal lebih menegangkan dan tukikan tajam kereta yang berkeliling Blue Mountains.

Di perhatikan dari ketinggian, Three Sisters begitu juga tak kalah menakjubkan. Pelancong berhasil meluncur pada antara puncak-puncak tebing sambil belum kanopi hutan hujan melalui lantai kaca Scenic Skyway atau bergoyang dalam kereta gantung udara jagoan, Scenic Cableway.

Tetangga 800 meter menuju bawah, pengunjung juga sukses melanjutkan penjelajahan menuju dasar lembah Three Sisters menempuh The Giant Stairway. Sehabis tersebut, menanti Scenic Walkway, hutan hujan kuno yang yang berkelok sepanjang 2,empat kilometer dengan masih terjaga sejak zaman dinosaurus.

Bersiaplah ternganga dan terpikat oleh eloknya Three Sisters. Dulunya, siapkan seperjalanan wisatawan bersama Wego serta peroleh biaya paling baik untuk jatah tiket juga hotel selama perjalanan. Peroleh dan info mengenai tujuan berwisata menyenangkan yang lain dalam Australia.

Saturday, July 25, 2015

NamNam Noodle Bar

Sama-sama letaknya pada wilayah Asia Tenggara membuat makanan Vietnam juga Indonesia memiliki kemiripan rasa. Meskipun mempunyai kemiripan, tak berarti masing-masing makanan bisa diterima begitu saja dan lidah warga lokal. Dibutuhkan sedikit penyesuaian rasa dengan dan bahan-bahan lain.

Sebuah itu yang berhadapan NamNam Noodle Bar. Restoran yang menjual aneka kuliner khas Vietnam tersebut awalnya membuka gerai pertamanya dalam Singapura. Saat mengadakan gerainya dalam Indonesia, pemilik NamNam Noodle Bar, Chef Nam Q Nguyen, diharuskan memutar otak demi membuka hidangan otentik Vietnam, namun sangat sesuai serta lidah orang Indonesia.

“Kita ubah sedikit, tapi untuk rasa selalu rasa Vietnam,” kata Director NamNam Noodle Bar Indonesia, Tom Suharman, Selasa (30/6/2015).

Beberapa kemajuan yang dijumpai diantara lain serta pemilihan daging sapi ialah bahan baku demi kaldu pho. Sebelumnya , di kalangan asalnya, pho dominan terbuat dari daging babi.

“Di sini (Indonesia) kamu tak menggunakan babi, sebab Chef Nam berharap seantero dunia berhasil menikmati pho yang enak,” jelas Tom.

Selain daging sapi, Chef Nam dengan menentukan ayam kampung demi menjadi satu diantaranya varian kaldu serta topping lain yang ditawarkan NamNam Noodle Bar. Tidak cuma tersebut, NamNam Noodle Bar di Indonesia serta menyediakan jeruk kalamansi Pontianak guna menambah rasa asam. Meski terbilang sulit demi dicintai, Chef Nam kukuh demi selalu memakai jeruk kalamansi Pontianak.

“Kalau hendak gampang anda berhasil pakai jeruk nipis ya, namun menurut Chef Nam, jeruk nipis kurang berkarakter,” lanjut Tom.

Keunikan lainnya terletak dalam sambal cabai yang dihidangkan dalam atas meja. Tom mengakui, penambahan sambal cabai itu terupdate dijumpai pada Indonesia saja. Ujar Tom, pemilihan sambal tersebut sebab Chef Nam terinspirasi dari sambal yang sering disajikan tukang bakso dalam Indonesia.

Thursday, July 23, 2015

Melancong ke Sarang Binatang Buas di Afrika

Membicarakan sensasi alam liar, kontra langsung juga binatang eksotis, sambil mengendarai mobil offroad terasa mirip pengalaman yang tidak terlupakan. Suatu tersebut dengan dianggap Kompas.com ketika memiliki undangan menurut Datsun Indonesia, bertamasya menuju Welgevonden Permainan Reserve, taman konservasi hewan liar pada Vaalwater, Limpopo, Afrika Selatan.

Lokasi tersebut cukup jauh, harus melewati perjalanan sekitar 260 km dari Bandara OR Tambo, melintasi Johannesburg, tetangga tiga jam perjalanan. Setibanya pada gerbang nomor satu, Welgevonden Perhelatan Reserve, kami mesti bertukar kendaraan juga mobil offroad mengakses taman alam yang dikelola swasta seluas 37.000 hektar ini. Taman ini memperoleh lebih dari 50 mamalia, termasuk "Africa's Big Five", yakni singa, macan tutul, gajah, banteng Cape, juga badak.

"Di sini berbeda, semua binatang hidup bebas di alam liar. Jadi kita yang diharuskan mencintai di mana merekapun berada dengan menanggapi langsung dari dekat," ungkap Lazarus, pemandu Welgevonden Pagelaran Reserve, dalam Vaalwater, Afsel, Selasa (1/7/2015).

Saat memperhatikan kendaraan offroad yang menjadi sarana transportasi nomor satu, suasana cukup terkejut melihatnya. Sungguh jenis kendaraan ini gunakan ground clearence (jarak pijak) yang tinggi dari tanah. Namun, kendaraan ini dimodifikasi dengan atap terbentang, lengkap dan jajaran jok tiga baris dalam belakang sopir. Praktis, dapat dibilang mobil itu cukup terbentang. Selalu mungkin menurut binatang liar masuk atau bahkan menyentuh kami segala penumpang pada belakang.

Realitasnya, ketika sering cara menuju Taman Safari di Puncak, Bogor, menyajikan kaca saja dilarang ketika mengendarai kendaraan pribadi yang tertutup rapat. Perasaan makin menegangkan sebab binatang-binatang yang akan anda kunjungi gunakan kehebatan buas.

"Jangan risau, semua binatang di sini sudah tetap 'familiar' juga kendaraan ini. Tapi, merekapun mendalami soal manusia, menjadi selama Kamu tak pindah kendaraan dan mengikuti perintah saya, seluruh bakal aman-aman saja. Termasuk singa, merekapun dengan aman," kata Lazarus, menjelaskan.

Agung Kurniawan/Kompas.com Rombongan Zebra melintasi jalur kendaraan saat bersafari.
Safari

Rombongan tiba pada basecamp Welgevonden Perhelatan Reserve dalam pintu utama, tetangga pukul 13.30 ketika setempat. Saat ini lagi season dingin pada Afrika Selatan, menjadi meskipun langit cerah juga sinar matahari terik, tetapi suhu udara menunjukan 10 derajat celsius. Embusan angin yang cukup deras dengan kendaraan terbuka, menghasilkan suasana perjalanan jadi sejuk, mirip kondisi Gunung Bromo saat siang hari.

Mengawali perjalanan, tak jauh dari gerbang utama, kami langsung dipanggil tetapi rombongan zebra. Sambil mematikan mesin dengan menghentikan kendaraan, kami memulai mengambil foto serta mendengarkan penjelasan dari Lazarus. Petualangan berlanjut, kami masuk makin dalam ke hutan konservasi buatan tersebut.

Berkat kesabaran serta kemahiran Lazarus di mendeteksi jejak binatang liar, kami sempat menjumpai bermacam bintang safari, mirip gajah, jerapah, badak, antelope, dan banteng. Selepas pernah memutari serta berkordinasi dengan pemandu lain mengakses radio, pada akhirnya kami berjumpa dengan binatang yang di nikmati, singa.

Jadi pengalaman lalu luar akrab bisa berdekatan serta si raja hutan, hanya berjarak sekota 5 meter dari posisi mobil usai. Mesin dimatikan, Lazarus memesan, supaya bukan banyak mengeluarkan suara pada kabin mobil.

Mempelajari gerak-gerik singa liar, sesekali mengabadikannya mengakses kamera, jadi keasyikan tersendiri yang tak terlupakan, bersafari di Afsel.

Berkumpul di Pantai Gumumai

SENANDUNG lagu dangdut terdengar dari balik deretan pohon cemara yang berdiri tegak menghadap Teluk Sesar pada sebelah barat Bula, ibu kota Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Deringan gitar berpadu suara serak, mengantar berbagai bocah bergoyang. Tontonan ini berada di Pantai Gumumai sebuah siang berhenti Maret selanjutnya.

Syahbudin Suakur, pria yang sekarang berumur 72 tahun ini memainkan gitar tuanya untuk menggembirakan cucu-cucunya. Mereka menggunakan liburan akhir pekan di pantai yang berjarak kurang lebih 3 kilometer dari Bula ini. Suasana pantai terasa asri, diterpa embusan angin sepoi-sepoi yang mengundang rasa kantuk.

Sehabis melantunkan lagu berirama dangdut, Syahbudin kembali memetik dawai gitarnya. Kali tersebut, iramanya makin pelan. Dia menyanyikan lagu berjudul ”Bula”. Syair lagu ini mengisahkan kekejaman tentara Jepang terhadap warga pribumi, saat Jepang menduduki Bula saat Perang Bumi Kedua. Tahun itu Syahbudin lahir, 1943.

Gumumai yaitu bahasa setempat, yang pada bahasa Indonesia berarti ”Mari Berkumpul”, ialah tempat istirahat menurut segala pekerja romusa dalam antaranya ayah Syahbudin yang bernama Suakur. Pada Pantai Gumumai mereka bersembunyi melepas kepenatan, selepas dipaksa bekerja memenuhi keperluan logistik perang tentara Jepang, terutama penyediaan pasokan bahan bakar.

Pada Bula terdapat puluhan tempat pengeboran minyak dunia. Berada ladang minyak tua yang telah dieksploitasi mulai awal era ke-20 menurut Belanda. Hingga kini, ladang ini selalu berproduksi. ”Pantai Gumumai sebagai tempat peneduh sejak zaman penjajah,” ucap Syahbudin.

Pantai Gumumai di sore hari menjelang malam terasa lain. Deburan ombak Laut Seram mengejar puluhan ekor bangau yang menggilai kepiting minor di pasir. Ketika air laut ingin menyentuh kaki-kaki panjang ini, burung-burung bangau serentak terbang. Saat air laut bergerak surut, bangau-bangau kembali mendarat.

Pelepas dahaga

Selain jadi oase bagi warga setempat, Pantai Gumumai juga seolah jadi pelepas dahaga menurut tamu yang update tiba dalam Bula, terutama yang memakai moda transportasi darat. Perjalanan darat memang cukup melelahkan bahkan menarik. Untuk mencapai Bula, tamu yang melewati Ambon menyeberang dan Feri ke Waipirit, Kabupaten Seram Bagian Barat.

Perjalanan kemudian dilanjutkan dari Waipirit menuju Bula, serta melintasi Gunung Sawai Saleman yang menurut warga setempat dinamakan Gunung SS. Kelokan jalan yang berjumlah makin dari 350, ditambah segala ruas yang rusak, mengocok perut pada akhirnya mendorong rasa mual yang berujung muntah.

Ketika melintasi ruas sempit bertepi jurang, penumpang sungguh harus tahan napas. Waktu tindakan seakan menegaskan keseraman Pulau Seram. Namun, derita perjalanan lintas pulau dengan lebar 18.625 kilometer persegi tersebut, seakan terbayarkan ketika menyatroni Pantai Gumumai. Gemulai daun-daun cemara seakan menjelaskan selamat dari buat pengunjung saat melalui tempat itu.

Meski tetap sepi dari pengunjung luar daerah, Pantai Gumumai tidak sepi mengadakan sajian menawan. Pantai yang memperoleh luas selingkungan 30 hektar juga ditumbuhi lebih dari 2.000 pohon cemara tersebut saat ini jadi bertamasya pantai favorit masyarakat setempat.

Rindangnya pohon cemara menjadi peneduh dalam kala terik, dihiasi hamparan pasir hitam yang membentang sepanjang hampir dua kilometer dalam saat surut, dan menyajikan kejar-kejaran diantara ombak juga bangau di ketika petang menjemput malam.

Mengunjungi tempat tersebut tidak butuh biaya besar. Wisatawan yang memanfaatkan sepada motor cukup membayar Rp tiga.000, sementara yang mendapatkan masuk kendaraan roda empat dikenakan tarif Rp tujuh.000. Pada sana tersaji 13 gazebo yang dapat dipakai berkumpul buat pengunjung rombongan.

Mengamati diperhatikan

Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, juga Olahraga, Kabupaten Seram Sesi Timur, Muhammad Ramly Mahu, mengakui, minimnya akses transportasi menuju Bula menyebabkan lokasi tersebut belum dikenal dominan pengunjung terutama yang datang dari luar Maluku. Sampai kini, belum ada pesawat komersil yang melayani penerbangan Ambon-Bula. Satu-satunya akses sebagai jalur darat.

Akibatnya, pengenalan pelancong luar soal lokasi berwisata itu juga selalu sangat kurang. Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, serta Olahraga Seram Bagian Timur, gencar melaksanakan promosi. Setiap tamu daerah yang dari sangat di ajak menuju pantai tersebut.

Sementara untuk fasilitas penunjang terus disuguhi pihak swasta. Pada Bula terdapat seorang hotel strata melati dengan 5 penginapan.

Bagi rencana, tutur Ramly, pemerintah akan bekerja sebanding dengan investor untuk mengembangkan Pantai Gumumai, agar lebih menyenangkan. ”Kami siapkan letaknya, sedangkan pengelola yang mempersiapkan aktivitas dan fasilitas,” ujarnya.

Pantai Gumumai letaknya pada kawasan Teluk Sesar, pada akhirnya perairan terasa teduh. Setiap tahun dilakukan lomba dayung, yang tapi publik setempat dimaksud arumbai manggurebe. Pertengahan tahun itu, pemerintah berencana akan mendatangkan banana boat untuk meramaikan bertamasya di Gumumai. Mari berkumpul di Pantai Gumumai.

Pura Lingsar Lombok

Telah puas berjalan-jalan ke pantai Kuta, pantai Senggigi atau air terjun Sendang Gile ?. Lupakan sejenak mengenai tamasya air, mari mengunjungi Pura Lingsar. Pura yang merupakan simbol kerukunan umat beragama.

Pura Lingsar berada pada Desa Lingsar, Kecamatan Narmada Kabupaten Pulau Lombok Barat. Pura itu merupakan pura nomer satu pada Pulau Lombok. Dibuat sejak 1741 tetapi Raja Anak Agung Ketut Karangasem serta dimengerti pura yang pasti suci pada Pulau Lombok. Uniknya, pura tersebut gabungan antara niali-nilai agama Hindu serta Islam Wetu Telu. Latar belakang inilah yang menjadi daya tarik nomor satu Pura Lingsar yang ada di wisata Lombok. Oleh karenanya kawasan pura itu terbagi jadi 2. Pada bagian utara terdapat pura Hindu bernama Gaduh, sementara di sesi selatan berdiri pura Weku Telu bernama Kemaliq.

Pura dan luas 26 hektar ini betul-betul menunjukkan harmonisasi antara agama Islam dengan Hindu. Pada akhirnya tidak heran seandainya ritual dua agama tersebut sukses berjalan berdampingan tanpa telah tersaji gesekan. Sebagai simbol menjaga kesucian pura ini maka setiap pengunjung mesti demi memakai selendang kuning merupakan tanda penghormatan. Meski sangat digunakan untuk beribadah 2 agama yang berbeda namun dalam setahun sekali berada upacara yang melibatkan umat Hindu serta Islam dalam pura tersebut. Upacara itu bernama Perang Topat. Pada ritual itu merekapun “berperang” menggukana topat atau ketupat yang dilemparkan kepada sesama temannya. Maksud dari perang itu ialah adalah tanda bersyukur kontra rejeki yang tetap dilimpahkan menurut Tuhan. Perang Topat biasanya dijumpai dalam sebelum musim tanam pagi serta sampai musim penghujan.

Selain ritual-ritual yang unik, Kita dengan harus menjelajahi lokasi ini. Selain pura Gaduh dengan Kemaliq, di Pura Lingsar terdapat kolam yang dibuat demi menghormati Dewa Whisnu juga lebar 6.230 meter persegi. Kolam bernama Telaga Ageng ini dihuni ikan yang seumpamanya tak dipanggil pergi tak bakal menampakkan diri. Pengunjung wajib melemparkan telur ayam rebus supaya ikan-ikan itu pergi. Telaga Ageng mempunyai 9 pancuran yang airnya bakal memancar ke di kolam. Dalam dasar kolam Kita akan melongok dominan uang koin yang berserakan. Uang-uang itu dilempar tetapi pengunjung. Konon jawabnya setiap pengunjung yang melempar koin ke dalam kolam akan mendapatkan kemudahan rejeki dari Tuhan.